| |
Sukses Karena Melayani View: 1045 times Di suatu malam berguntur, tampak sepasang orangtua yang sudah lanjut usia dan kedinginan memasuki sebuah hotel kecil di Setelah diam sejenak, sang penerima tamu ini kembali berujar, "Tapi saya tidak akan membiarkan bapak dan ibu kedinginan di luar pada pukul 1 pagi ini. Maukah bapak dan ibu tidur di kamar saya? Ya, sebuah kamar kecil yang dikhususkan bagi karyawan. Memang tidak seperti kamar hotel namun bapak dan ibu dapat beristirahat dengan tenang di dalamnya." Semula pasangan itu agak enggan untuk menerima tawaran ini, namun kembali sang penerima tamu ini berkata, "Jangan kuatirkan di mana saya akan tidur. Saya masih muda dan bisa tidur di mana saja."
Dua tahun kemudian, penerima tamu ini menerima sepucuk "Anda pasti bergurau," kata sang penerima tamu. "Saya jamin, saya tidak sedang bergurau," kata si pria tua ini sambil tersenyum. Nama pria tua itu adalah William Waldorf Astor dan gedung besar itu adalah Waldorf -
Melayani: Bagian dari Tugas Suatu hari, saat berada di sebuah bank saya membaca sebuah tulisan di meja petugas customer service: Rule #1: If we don't take care of our customers, someone else will. Tulisan tersebut seakan menjadi pengingat baginya betapa pentingnya melayani nasabah. Tanyakan kepada banyak perusahaan besar, apa kunci prestasi mereka sehingga perusahaan mereka bisa bertahan di tengah maraknya persaingan bahkan terus bertumbuh. Saya sendiri berani memastikan bahwa salah satu kunci terpenting adalah kesediaan untuk melayani pelanggan. Tidak heran jika tema "kepuasan pelanggan" menjadi begitu penting dalam beberapa tahun terakhir ini. Perusahaan yang senantiasa mau mendengarkan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen niscaya akan lebih mudah dalam meraih dan mempertahankan kesuksesannya. "Sayangnya, masih banyak orang yang beranggapan bahwa melayani itu sama dengan babu," ujar Arvin Felim, deputy manager Aspek Peningkatan Layanan Nasabah Bank Central Asia (BCA).
BCA tampaknya tidak main-main dalam hal ini. Berbagai training dan program pun dilakukan, termasuk program SMART (Sigap, Menarik, Antusias, Ramah dan Teliti). "Kami ingin agar setiap karyawan BCA memiliki paradigma bahwa melayani adalah bagian dari tugas," tambah Arvin. Sebenarnya paradigma melayani bukanlah sesuatu yang baru. Lebih dari 2.000 tahun silam, Yesus telah mengajarkan bahkan mempraktekkan hal yang sama. Dengan jelas Ia mengatakan bahwa siapa pun yang ingin menjadi terbesar harus mau menjadi pelayan. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Matius 20:25-28)
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana agar kita juga bisa memiliki hati yang mau melayani? Pertama, pandanglah pekerjaan kita sebagai kesempatan untuk memuliakan nama Tuhan. Kedua, pandanglah kehidupan ini sebagai kesempatan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik. Dengan demikian, hidup kita akan jauh lebih bermakna. Motivator kelas dunia, Zig Ziglar pernah berkata, "Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang Anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan." Ketiga, sadarilah bahwa apa yang kita tabur akan kita tuai ( |
Diambil dari tulisan : Paulus Winarto
Terima kasih
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lakukan Spam - Haram Hukumnya...