Lukas 16:1-9
16:1
Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai
seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu
menghamburkan miliknya.
16:2 Lalu
ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang
engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh
lagi bekerja sebagai bendahara.
16:3
Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku
memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat,
mengemis aku malu.
16:4
Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku
sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
16:5
Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya
kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku?
16:6
Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah
surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh
tempayan.
16:7
Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu:
Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah
surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
16:8
Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak
dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari
pada anak-anak terang.
16:9
Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang
tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di
dalam kemah abadi."
Dari semua perumpamaan
yang diajarkan Yesus, perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur adalah
yang paling banyak menimbulkan teka-teki. Karena alasan itulah banyak
penafsiran diberikan [1]. Tiap-tiap penafsiran mencoba menjelaskan ajaran dari
perumpamaan ini berdasarkan implikasi-implikasi etisnya. Kesulitan yang
dihadapi pembaca adalah bahwa perumpamaan ini ditempatkan di dalam latar
belakang Yahudi dan menggambarkan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang
Yahudi. Latar belakang dengan semua pokok permasalahannya harus disusun kembali
untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan untuk memahami ajaran dari
perumpamaan ini [2].
Latar Belakang :
Berulangkali bangsa
Israel diberitahu oleh Allah untuk tidak memungut bunga kepada sesamanya orang
Israel atas uang, makanan, atau apapun yang lain yang dapat menghasilkan bunga.
"Jika engkau meminjamkan uang kepada salah
seorang dari umat¬Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau
berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan
bunga uang kepadanya" (Kel 22:25; lihat juga Im 25:36; Ul 15:8;
23:19). Allah mengajarkan tanggung jawab sosial dan pelarangan uang riba kepada
umat-Nya. Implikasinya adalah bahwa tukang riba harus dianggap sebagai seorang
perampok.
Sifat manusia seperti
apa adanya, kebiasaan-kebiasaan dikembangkan selama jangka waktu tertentu
dengan maksud untuk mengelakkan hukum Allah. Orang kaya misalnya, akan menunjuk
seseorang yang dapat dipercaya sebagai bendahara. Bendahara seperti demikian
diberi kuasa penuh untuk bertindak atas nama tuannya. Dia bertanggungjawab
terhadap tuannya, tetapi seandainya dia mengambil riba, yang harus dibawa ke
pengadilan bukan majikannya tetapi bendahara itu. Setiap waktu, orang yang kaya
senang mendapatkan sesuatu dari transaksi-transaksi yang luar biasa tinggi dari
negosiasi yang dilakukan oleh bendaharanya. Seandainya transaksi-transaksi yang
demikian digugat di pengadilan, orang kaya akan dibebaskan dan bendaharanya
harus mengambil tanggung jawab penuh.
Tetapi bendahara itu
diberitahu cara-cara melindungi diri sendiri di mana orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat bahkan memaafkan cara-cara tersebut, dan yang mana hakim tidak dapat
berbuat apa-apa kecuali mengakui bahwa cara-cara itu jahat. Bendahara dan
seorang peminjam menyusun satu pernyataan di mana hutang dan bunganya
didaftarkan dalam satu jumlah total. Menurut para pemimpin agama, catatan
berikut ini dinyatakan riba, dan dia yang melakukannya dapat diajukan ke
pengadilan: "Aku akan membayar Ruben 10 kor gandum pada hari pertama bulan
Nisan dan jika aku tidak bisa membayar pada hari itu, aku akan membayar
tambahan 4 kor gandum setiap tahunnya" [3].
Catatan berikut ini
dianggap sah:
"Aku berhutang 14
kor gandum pada Ruben." Apa yang tidak dikatakan catatan itu adalah bahwa
si peminjam hanya menerima 10 kor dan harus membayar sisanya dalam bunga [4].
Misalnya, pada tahun 33-34 M, Herodes Agripa I hampir menghadapi kebangkrutan
dan memerintahkan seorang pembebasnya Marsyas untuk meminjam uang kepada
seseorang. Marsyas pergi ke seorang bankir yang memaksanya untuk menyusun surat
tanggungan yang menyatakan bahwa dia telah menerima 20.000 Attic drachmas
(=mata uang Yunani kuno). Tetapi kenyataannya dia menerima kurang dari 2.500
drachmas [5]. Bunganya ditambahkan ke jumlah dasar, dan peminjam harus membayar
jumlah yang penuh meskipun dia menerima jumlah yang sangat kecil sekali [6].
Surat tanggungan itu sendiri tidak memuat rinciannya.
Rata-rata bunga untuk
gandum yang dipinjam adalah sebesar 20 persen, dengan tambahan 5 persen untuk
asuransi terhadap fluktuasi harga dan turunnya nilai dari nilai produksi. Jika
komoditi berupa minyak zaitun, rata-rata bunganya adalah 80 persen ditambah 20
persen nilai asuransinya, jadi jumlahnya 100 persen. Resiko meminjamkan minyak
zaitun besar sekali. Panen buah zaitun agak susah diramalkan dan kualitas minyaknya,
karena ukuran dan kualitas buah, berbeda-beda dari tahun ke tahun. Juga, minyak
murah yang berasal dari sumber-sumber lain dapat ditambahkan ke dalam minyak
zaitun, dan metode-metode untuk menentukan kemurniannya tidak efisien [7].
Seorang bendahara diberi
posisi kepercayaan. Dia mengontrol aset-aset tuannya dan dianggap sebagai
anggota keluarganya. Dia mewakili tuannya dan diberi otoritas penuh untuk
bekerjasama dengan para debitur jika dilihatnya sesuai. Karena itu para debitur
harus patuh kepada ketentuan yang ditetapkan oleh bendahara. Mereka
bertanggungjawab hanya kepada bendahara itu.
Seandainya bendahara itu
memperlihatkan ketidakmampuan, ketidakcakapan, atau tidak dapat dipercaya,
tuannya akan meminta dia memberikan perhitungan dan sesudah itu dengan cepat
mengeluarkan dia. Bendahara itu tidak mempunyai jalan lain di luar yang dapat
membantunya. Dia harus meninggalkan pekerjaaan tuannya dengan tanpa harta
milik, dan dia tidak akan disambut oleh para koleganya [8].
Cerita Perumpamaan :
Yesus menghubungkan
sebuah cerita, yang benar-benar dapat terjadi, yaitu seorang kaya yang menunjuk
seorang bendahara untuk mengelola bisnisnya. Dia telah meletakkan kepercayaan
penuh kepada bendaharanya, tetapi ketika dia melihat bahwa bendahara itu telah
menghamburkan miliknya, dia memanggilnya dan menyuruh dia untuk mengaudit
pembukuan-pembukuannya, dan mencari pegawai lain.
Bendahara itu tahu bahwa
tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepadanya benar, bahwa dia telah menyalahgunakan
kepercayaan tuannya, dan bahwa dia tidak dapat memohon belas kasihan [9].
Bendahara itu tahu bahwa seorang pengganti akan segera menggantikan
kedudukannya. Bagaimana dengan masa depan bendahara itu? Dia harus bergantung
kepada kecerdikannya sendiri. Secara fisik dia tidak cukup kuat untuk
mengerjakan pekerjaan kasar, dan mustahil bagi dia untuk mengemis[10]. Dia
berbicara kepada dirinya sendiri, mempertimbangkan beberapa kemungkinan dan
alternatif. Tiba-tiba dia berseru, "Aku dapat akal!" Dia tahu apa
yang harus dilakukan. Dia akan membuat para debitur yang berhutang kepada
tuannya itu berhutang kepadanya, sehingga sesudah dia dipecat mereka akan
menyambutnya di rumah mereka.
Dia memanggil para
debitur satu demi satu. Dua contoh diberikan di sini. Debitur pertama datang
dan bendahara itu menanyakan kepadanya berapa banyak dia berhutang kepada
tuannya. Dia menjawab, "seratus tempayan
minyak." Satu tempayan merupakan jumlah minyak yang cukup
besar, berjumlah sekitar 868 galon atau 3.946 liter [11]. Satu pohon zaitun
menghasilkan 120 kilogram buah zaitun atau 25 liter minyak zaitun [12]. Jumlah
minyak zaitun yang dipinjam oleh debitur itu berasal dari kebun buah-buahan
yang memuat 150 pohon zaitun atau lebih. Bendahara tersebut menyuruh debitur
itu untuk mengambil surat hutangnya, yang menyatakan jumlah yang dipinjam, lalu
mengurangi setengahnya.
Debitur berikutnya
ditanya dengan pertanyaan yang sama, "Berapa
banyak yang kamu pinjam?" Dan jawabnya adalah, "seratus pikul gandum." Seratus pikul
sama dengan seratus gantang yang sama dengan hasil tanah seluas seratus acre
pada waktu itu [13].Bendahara itu menyuruh dia mengambil surat hutangnya dan
mengurangi jumlah hutangnya dua puluh pikul.
Kedua contoh di atas
melibatkan uang dalam jumlah yang besar. Tetapi, atas otoritas dari bendahara yang
siap menerima surat pemecatan, mereka mengubah jumlah di dalam surat hutang
tersebut. Kita dapat memperkirakan bahwa para debitur lainnmya melakukan hal
yang sama.
Para debitur itu menulis
jumlahnya karena mereka tahu bahwa rata-rata bunga untuk minyak zaitun yang
dipinjam adalah 100 persen dan untuk gandum yang dipinjam adalah 25 persen.
Mereka dengan senang mengubah jumlah hutangnya dari jumlah sebenarnya yang
mereka pinjam dari tuan itu. Mereka tidak memalsukan jumlah; tetapi dengan
tulisan tangan mereka sendiri, mereka menunjukkan berapa banyak yang harus
mereka bayar. Singkatnya, karena nilai yang luar biasa tinggi dinaikkan,
kejujuran berlaku.
Ketika bendahara itu
menunjukkan catatannya kepada tuannya, yang kemudian mempelajari
transaksi-transaksi yang sudah diubah, bendahara itu dipuji karena dia telah
berlaku cerdik [14]. Bendaharalah yang menguasai situasi, bukan tuannya.
Kata-kata pujian diberikan karena bendahara itu meyakinkan dirinya sendiri akan
kejujuran dan keramahan dari para debitur, telah membuka jalan bagi
penggantinya dengan menghapuskan sakit hati para debitur, dan telah memberikan
tuannya kesempatan untuk memujinya karena menghapuskan nilai yang luar biasa
tinggi dan untuk menunjukkan dirinya sendiri sebagai warga yang taat kepada
hukum dan agama. Bendahara tersebut pasti telah menempatkan tuannya dalam
keadaan yang paling menyenangkan karena tuannya mengucapkan kata-kata pujian
[15].
"Tuan
itu memuji bendahara yang tidak jujur tersebut karena dia telah berlaku
cerdik." Kata tidak jujur tidak dapat dipakai untuk perbuatan bendahara kepada
para debitur, sebab klausa "karena dia telah
berlaku cerdik" akan menjadi berkontradiksi [16]. Sebaliknya
kata ini memberikan ciri kehidupan bendahara itu sebelumnya ketika dia
menghamburkan milik tuannya. Pelukis an watak ini sama dengan hakim yang tidak
adil, di mana dia telah membangun reputasi tidak adil yang dalam jangka waktu
tertentu. Ketika dia membicarakan keadilan untuk kepentingan janda itu,
sebenarnya dia tidak mengerjakan ketidakadilan janda itu [17]. Demikian juga
dengan bendahara itu, karena karirnya yang dahulu dengan melakukan transaksi
yang curang, disebut sebagai bendahara yang tidak jujur, meskipun
perintah-perintah berikutnya yang dia berikan kepada para debitur itu terhormat
dan mendapatkan pujian di mata masyarakat. Tuannya tidak dapat mendatangi para
debitur dan memberlakukan nilai yang luar biasa tinggi yang dipakai dalam
transaksi sebelumnya oleh sang bendahara, karena kemudian dia akan menjadi
seorang tukang riba yang dapat dibawa ke pengadilan. Tuan itu memuji
bendaharanya karena kecerdikannya.
Aplikasi :
Tepatnya, apa yang
dimaksudkan perumpamaan ini? Cerita tentang bendahara yang tidak jujur ini,
dijelaskan berdasarkan latar belakang Yahudi asli, masih menyampaikan sebuah
pesan yang relevan sampai hari ini. Lalu, pesan apakah itu? [18] Yesus
meringkas pesan dari perumpamaan ini di dalam kalimat yang dapat dipahami
dengan berkata, "Sebab anak-anak dunia ini
lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang. Dan Aku berkata
kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur,
supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah
abadi" [19].
Pokok dari perumpamaan
ini adalah bendahara tersebut, yang telah mendapatkan reputasi tidak jujur dan
yang menyadari bahwa masa depannya dipertaruhkan, mencari dukungan dengan
bersikap jujur dan murah hati kepada para debitur tuannya. Dia tidak berpegang
pada kekayaan duniawi, tetapi dengan murah hati memberikan kekayaan itu kepada
mereka yang berhutang kepada tuannya. Meskipun demikian, uang yang diberikan
dengan bebas kepada para debitur bukanlah miliknya, dan dalam beberapa hal
bahkan bukan milik tuannya. Karena itu anak-anak terang seharusnya tidak
mengikatkan hatinya pada harta milik duniawi. Mereka dapat memberi dengan murah
hati dan memberi sebagian miliknya. Mereka dapat memberikan miliknya karena
harta yang mereka miliki bukan milik mereka sendiri tetapi milik Allah. Ketika
mereka menyumbangkan uang mereka kepada orang miskin mereka sedang
mendistribusikan kekayaan Allah yang dipercayakan kepada mereka [20]. Yesus
meletakkan kebenaran yang sama dengan perkataan ini, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; ... Tetapi kumpulkanlah
bagimu harta di surga" (Matius 6:19, 20). Dan apa yang
diajarkan Yesus berakar di dalam banyak bentuk dan cara di dalam pengajaran
Perjanjian Lama. Di hadapan umat Allah Daud berdoa, "Sebab
siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan
persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari
tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu"
(1Taw 29:14). Dengan menggunakan perumpamaan bendahara yang tidak jujur, Yesus
menasihati pengikut-pengikut-Nya untuk memberikan uang mereka sebanyak mungkin
sehingga mereka mendapatkan penghargaan dari Allah dan disambut untuk hidup di
dalam rumah-Nya selalu [21].
Masalah kekontrasan,
meskipun tidak diungkapkan, dinyatakan secara tidak langsung di sini. Secara
tidak langsung Yesus berkata: bendahara yang tidak jujur itu dengan mengurangi
jumlah hutang debitur tuannya, memandang ke masa depan; betapa lebihnya lagi
umat Allah seharusnya membagikan milik mereka dan melihat kepada rumah mereka
yang kekal. Umat Allah harus menggunakan milik duniawi mereka sebagai investasi
rohani sama seperti orang¬orang duniawi menggunakan uang mereka untuk
mendapatkan keuntungan material. Waktunya akan tiba di mana uang menjadi
sesuatu yang sudah berlalu. Ketika kematian tiba, roh manusia kembali kepada
Allah yang memberinya (Pengkhotbah 12:7). Allah menyambut semua umat-Nya yang
tidak mengikat hatinya kepada kekayaan duniawi tetapi mengumpulkan harta di
surga [22].
Orang-orang dunia
mengetahui bagaimana menggunakan harta duniawi dan memakainya dengan cara-cara
yang materialistis. Tetapi tiba-tiba mereka dapat melepaskan standar yang tidak
jujur karena mengetahui bahwa pada hakikatnya kejujuran akan membawa hasil.
Sebaliknya, orang-orang Kristen yang telah belajar standar hukum Allah sering
dicondongkan untuk bersantai dan mengubah prinsip-prinsip Kristen. Mereka ingin
yang terbaik dari dua dunia: mereka ingin memiliki iman Kristen yang terletak
di atas kenyamanan masyarakat yang makmur; mereka ingin dikasihi Allah dan pada
saat yang sama dipuji oleh manusia. Yesus berkata, "Sebab
anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak
terang." Jika orang yang tidak mengaku melayani Allah menyadari
bahwa standar-standarnya bersifat fundamental, bukankah seharusnya mereka yang
mengaku sebagai umat-Nya menjunjung tinggi hukum Allah, melakukan apa yang
mereka ajarkan, dan melalui perkataan dan perbuatan memperlihatkan bahwa pada
akhirnya uang akan habis tetapi kekayaan surgawi tidak akan berakhir selamanya?
Di dalam surat penggembalaannya, Yakobus menasihati orang-orang Kristen yang
memilih hidup dalam dua dunia. "Hai kamu,
orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan
dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat
dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah" (Yakobus 4:4).
--------------
Catatan :
[1] Menurut urutan
abjad, literatur sekarang yang mewakili adalah sebagai berikut:
JD.M. Derrett,
"Fresh Light on St. Luke XVI: I. The Parable of the Unjust Steward,"
NTS 7 (1960-61): 198-219, diterbitkan dalam Law in the New Testament (London:
Longman and Todd, 1970),48-77; JD.M. Derrett, "Take thy Bond oo. and write
Fifty (Luke XVI.6) The Nature of the Bond," fTS23 (1972): 438-40,
diterbitkan dalam Studies in the New Testament (Leiden: Brill, 1977), 1:1-3.
J.A. Fitzmyer, "The Story of the Dishonest Manager (Luke 16:1-13),"
TS25 (1964): 23-42, diterbitkan dalam Essa ys on the Semitic Background of the
New Testament(London: Society of Biblical Literature, 1971), 161-84. D.R
Fletcher, "The Riddle of the Unjust Steward: Is Irony the Key?" JBL
82 (1963): 15-30. E. Kamlah, "Die Parabel vom ungerechten Verwalter (Luke
16:1ff) in Rahmen der Knechtsgleichnisse," Abraham Unser Vater,
Festschrift honoring O. Michel (Leiden: Brill, 1963),276-94. EJ. Moore,
"The Parable of the Unjust Steward," ATR47 (1965): 103-5. RG. Lunt,
"Expounding the Parables. III. Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak
Jujur (Luk. 16:1-15)," ExpT77 (1966): 132-36. L.J. Topel, "On the
Injustice of the Unjust Steward: Luke 16: 1-13," CBQ37 (1975): 216-27.
F.E. Williams," Is Almsgiving the Point of the 'Unjust Steward'?" JBL
83 (1964): 293-97.
[2] Oesterley, Parables,
192-203; Derrett, Law in the New Testament, 51. Banyak ciri-ciri dan
ungkapan-ungkapan Yahudi jelas di dalam perumpamaan ini. Apakah seorang
pendengar yang bukan Yahudi mengerti perumpamaan ini pada zaman Lukas tetap
menjadi sebuah pertanyaan. Tradisi lisan yang tetap ada sepanjang penulisan
Injil memberikan kunci kepada pemahaman yang tepat mengenai perumpamaan ini.
Lihat Marshall, Luke,615.
[3] Derrett, Law in the
New Testement, 65.
[4] Fitzmyer. Essays,
176.
[5] Josephus,
Antiquities, 18: 157.
[6] Derrett, Studies,
1:1-3.
[7] Derrett, Law, 71.
[8] Fitzmyer, Essa ys,
177, merupakan pendapat bahwa seorang bendahara menerima komisi atas transaksi
yang dilakukan. Derrett, Law, 74, menunjukkan bahwa uang yang dipakai dalam
transaksi hutang adalah milik tuannya. Lagipula, karena bendahara di dalam
perumpamaan Yesus tidak mempunyai sumber-sumber finansiilnya, dia membuat
ketentuan-ketentuan untuk masa depannya yang sudah dekat.
[9] Sebagai
perbandingan, bendahara di dalam perumpamaan tentang hamba yang tidak mempunyai
belas kasihan (Mat 18:21-35) berlutut dan memohon tuannya untuk bersabar.
[10] Ecclesiasticus
40:28 memperingatkan, "Anakku, jangan hidup sebagai seorang pengemis,
lebih baik mati dari pada mengemis" (NEB).
[11] SB, II: 218,
memberikan kalkulasi ini berdasarkan [osephus, Antiquities 8:57. [eremias, Parables,
181, membulatkan ukuran ini menjadi 800 galon, yang diambil oleh para
penterjemah NIV.
[12] Dalman, Arbeit und
Sitte, IV: 192.
[13] Dalman, Arbeit und
Sitte, III: 155, 159. Lihat juga Jerernias, Parables, 181; SB, II:218.
[14] LH. Marshall,
"Luke XVL 8 - Who Commended the Unjust Steward?" JTS 19 (968):617-19.
[15] Derrett, Law, 73.
[16] H. Drexler,
"Zu Lukas 16:1-7," ZNW58 (1967): 286-88, berpendapat bahwa karena
tuan itu berlaku tidak adil kepada bendaharanya dengan menuntut perhitungan dan
dengan memecat dia, maka bendahara itu membalas dendam dan menipu tuannya
dengan memanggil para debitur.
[17] Definite artikel
dan kata benda deskriptif dalam bahasa Yunani (tes adikiasi, yang diterjemahkan
menjadi kata sifat dalam banyak versi, adalah sama di dalam Lukas 16:8 demikian
juga di dalam Lukas 18:6.
[18] H. Preisker,
"Lukas 16:1-7," TLZ74 (1949): 85-92, membandingkan perumpamaan
tentang bendahara yang tidak jujur dengan perumpamaan tentang anak yang hilang.
Bendahara itu tetap diperbudak oleh kekuatan uang, sedangkan anak yang hilang
itu menghabiskan uangnya dan bertobat.
[19]
Terjemahan-terjemahan yang lebih lama, dengan mengikuti teks bahasa Yunani
secara harfiah, bagaimanapun juga mengaburkan arti dari bagian itu. NEB
menerjemahkan Lukas 16:9 sama seperti NIV, "Demikianlah Aku berkata
kepadamu, pergunakan kekayaan dunia ini untuk mendapatkan teman bagi dirimu
sendiri, sehingga ketika uang itu merupakan sesuatu di masa lalu engkau dapat
diterima dalam rumah yang kekal."
[20] Drrett, Law, 74.
[21] SB, II:221.
Periksalah juga Williams, "Almsgiving," 294; Lunt,
"Parable," 134.
[22] Berdasarkan studi
tentang teks-teks Qumran, frasa "kekayaan duniawi," mamon yang jahat,
dibandingkan dengan kekayaan sorgawi. Marshall, Luke, 621.
(Sumber : Simon Kistemaker,
Perumpamaan-perumpamaan Yesus, Saat, 2001, p 248-256/ http://www.sarapanpagi.org/35-bendahara-yang-tidak-jujur-vt2144.html)
Home »
belajar alkitab
,
BELAJAR DARI BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR
,
pendalaman alkitab
» BELAJAR DARI BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lakukan Spam - Haram Hukumnya...